Direktur Wahid Institute, Zannuba Ariffah Chafsah atau Yenny Wahid
mengibaratkan kasus Syiah Sampang seperti menyembunyikan kotoran di
balik karpet.
Dalam arti, pemerintah tidak menyelesaikan kasus tersebut secara tuntas, namun hanya menyembunyikannya saja dari permukaan.
Pernyataan
itu dilontarkan Yenny menjawab pertanyaan wartawan terkait tindakan
pemerintah merelokasi warga Syiah yang mengungsi di Gelanggang Olahraga
(Gor) Sampang. "Persoalan Syiah di Sampang itu banyak dimensi. Namun
pemerintah cenderung menyembunyikannya. Pemerintah tidak berani
menegakkan aturan," kata Yenny usai berziarah di makam ayahnya, KH
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Selasa (2/7/2013).
Yenny
melanjutkan, seharusnya pemerintah memberikan solusi yang baik dan bukan
malah memunculkan ketakutan baru bagi warga penganut Syi'ah. Idealnya,
kata Yenny, ratusan warga Syiah bisa dikembalikan ke kampungnya sendiri
dari pengungsian. Namun, ketidakmampuan pemerintah menjalankan amanat
undang-undang dasar negara membuat nasib warga syi'ah terus
terkatung-katung.
"Problemnya ini negara lemah dalam penegakan
aturan, sehingga masalah warga Syi'ah berlarut-larut. Pemerintah
seharusnya memikirkan solusi yang terbaik, misalnya saja mengembalikan
ke kampung halamannya," ujarnya.
Akan tetapi, menurut Yenny,
untuk mengembalikan ratusan warga Syi'ah ke kampung halamannya setelah
terusir akibat konflik pada Agustus tahun 2012 lalu, pemerintah terlebih
dulu harus bisa memberikan jaminan atas keamanan dan kenyamanan warga
syi'ah. "Saat ini, masalah utamanya adalah Negara Lemah dan Tidak bisa
memberikan Solusi Permanen," katanya menegaskan.
Putri sulung
Presiden ke-4 RI ini mengungkapkan, masalah yang dialami oleh ratusan
warga Syi'ah sebenarnya bukan konflik antara keyakinan, dalam hal ini
konflik Syi'ah-Sunni. Kalau dipelajari dengan teliti, lanjutnya, ada
konflik itu ada motif ekonomi, perebutan lahan, dan sumberdaya alam.
"Jadi pemerintah tidak menyelesaikan secara tuntah. Buka menyembunyikan
masalah di balik karpet," pungkas Yenny yang didampingi suaminya, Dhohir
Farisi.
sumber: beritajatim