Di aula lapas kelas II B Jombang, terdapat set panggung pementasan yang
tidak begitu besar, di sudut panggung itu nampak seorang bocah sedang
sibuk dengan cuciannya, sementara tiga orang anak dibelakangnya sedang
duduk termenung, mereka membawa beban sebanyak satu karung.
Tangan tiga remaja itu membawa piring yang terbuat dari seng. Saat satu anak sedang mencuci, tiba-tiba piring yang dibawa tiga bocah lainnya itu terjatuh. Mereka kemudian mulai bercerita tentang kisah mereka berada di balik jeruji besi. "Lenggang-lenggang kangkung, kangkung nang pinggir kali. Iki jare jaman reformasi, golek pangan kok setengah mati," kata bocah yang sedang mencuci itu sembari bersenandung.
Mereka adalah empat remaja bekas penghuni Lapas Jombang, Blitar dan Lapas Medaeng Sidorajo yang mementaskan teater berjudul "lapar" praktis 4 anak baru gede (ABG) itu memukau puluhan penghuni lapas setempat, Selasa (7/5/2013) sore.
Tangan tiga remaja itu membawa piring yang terbuat dari seng. Saat satu anak sedang mencuci, tiba-tiba piring yang dibawa tiga bocah lainnya itu terjatuh. Mereka kemudian mulai bercerita tentang kisah mereka berada di balik jeruji besi. "Lenggang-lenggang kangkung, kangkung nang pinggir kali. Iki jare jaman reformasi, golek pangan kok setengah mati," kata bocah yang sedang mencuci itu sembari bersenandung.
Mereka adalah empat remaja bekas penghuni Lapas Jombang, Blitar dan Lapas Medaeng Sidorajo yang mementaskan teater berjudul "lapar" praktis 4 anak baru gede (ABG) itu memukau puluhan penghuni lapas setempat, Selasa (7/5/2013) sore.
Selama pementasan yang berlangsung selama sekitar 1,5 jam, para penghuni
lapas serta beberapa petinggi lapas tak beranjak dari tempat duduknya,
meskipun hanya duduk dilantai beralasakan karpet tipis.
Empat ABG itu adalah Angga Riki Andika (14), Maulana Habibi (16), Saman Hudi (16), dan Muhammad Andre Prasetya (14), mementaskan lakon Lapar karya Zainuri.
Dalam pentas tersebut dikisahkan, empat remaja tersebut meratapi nasibnya dari balik penjara. Maulana Habibi misalnya, ia selalu teringat adiknya bernama Edy yang sejak kecil ditinggal sang ibu.
Edy selalu marah-marah jika permintaanya tidak dituruti. "Akhirnya adik saya itu kakinya dirantai sepanjang jarak kamarnya dengan kamar mandi," kata Maulana dalam dialognya.
Sedangkan Andre Prasetya lebih banyak bercerita tentang kerinduannya untuk bersekolah. "Dari balik tembok ini, aku mendengar remaja-remaja seusiaku sedang berangkat sekolah. Pingin rasanya aku. Begitu indah hidup ini," kata Andre, warga Desa Candimulyo, Jombang Kota ini.
Empat ABG itu adalah Angga Riki Andika (14), Maulana Habibi (16), Saman Hudi (16), dan Muhammad Andre Prasetya (14), mementaskan lakon Lapar karya Zainuri.
Dalam pentas tersebut dikisahkan, empat remaja tersebut meratapi nasibnya dari balik penjara. Maulana Habibi misalnya, ia selalu teringat adiknya bernama Edy yang sejak kecil ditinggal sang ibu.
Edy selalu marah-marah jika permintaanya tidak dituruti. "Akhirnya adik saya itu kakinya dirantai sepanjang jarak kamarnya dengan kamar mandi," kata Maulana dalam dialognya.
Sedangkan Andre Prasetya lebih banyak bercerita tentang kerinduannya untuk bersekolah. "Dari balik tembok ini, aku mendengar remaja-remaja seusiaku sedang berangkat sekolah. Pingin rasanya aku. Begitu indah hidup ini," kata Andre, warga Desa Candimulyo, Jombang Kota ini.
Penampilan bekas remaja-remaja Lapas yang tergabung dalam Shelter Rumah
Hati itu sangat menghibur. Puluhan penonton sempat dibuat tertawa-tawa
ketika empat remaja itu beradegan lucu. Begitu sebaliknya, ketika
beradegan sedih, penonton seakan ikut berduka. (lw2)
sumber: BEJO