Bahkan demo yang dilakukan puluhan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jombang itu, selain menggelar aksi teaterikal, mereka juga meminta bukti pejabat pemkab Jombang membubuhkan tandatangan pada spanduk putih, bukti sikap menolak kenaikan harga BBM.
Demo bertolak dari taman Kebonrojo. Selanjutnya, mereka berjalan beriringan menuju depan kantor pemkab setempat, di Jalan Wahid Hasyim. Di depan kantor itu para aktivis menggelar teaterikal yang menggambarkan kesengsaraan rakyat.
Baca Juga : Si Goyang Gergaji Menyambangi Jombang
Digambarkan dua orang berpakaian compang-camping melata di atas aspal. Sedangkan di depannya, seorang memakai kemeja memegang jerigen bertuliskan BBM. Jerigen berisi cairan itu berkali-kali disiramkan ke tubuh dua orang yang melata tersebut.
"Ini ilustrasi penderitaan rakyat akibat naiknya harga BBM. Para pejabat ongkang-ongkang, sedangkan rakyat menderita. Oleh karena itu, kami dari GMNI menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM," teriak Korlap Imam Khamdani.
Tak lama, salah satu pejabat Pemkab Jombang, yakni Asisten I Sekkab Warto, menemui para pengunjuk rasa. Selanjutnya, menanggapi demo warga, Warto menyatakan, pihaknya bukan pembuat kebijakan terkait harga BBM.
“Jadi kami hanya bisa menjalankan kebijakan pusat,” kata Warto.
Tapi pendemo tak menyerah. Warto ‘dipaksa’ membubuhkan tandatangan sebagai bentuk penolakan kenaikan harga BBM. “Bapak sebagai pribadi harus punya sikap. Silakan tanda tangan di sini,” pinta Imam.
Dengan menggunakan spidol warna hitam, Warto menuruti kemauan mahasiswa. Selanjutnya massa bergerak ke gedung DPRD Jombang, guna melakukan aksi serupa.
Sumber : surabaya.tribunnews
